Monday, September 3, 2012


Turi-Wonokerto


Janji apa yang harus koe-penuhi  ?
Saat plumeria tri'warna terjatuh diatas pangkuan'moe 
Terkulai menyentuh katun primissima'moe
Seperti hati'moe yang selalu berwarna 
Dalam motif sekar jagad pilihan batik'moe

Janji apa, yang terperangkap zarah saat pertama memandang'moe ?
Mengikuti gelombang mata dan terburai dihati'koe
Terkawinkan dalam udara yang terurai dari semerbak rambut'moe
Membutakan . . . .
Signal asmara telah kukirimkan dalam "asap rokok"
Rokok kretek yang akoe gulung sendiri  
Dalam niatan'koe ntuk asap berbentuk hati
Tertiup asap terpecah tak beraturan
Yang terhisap oleh'moe
Akoe tidak pernah peduli. . . . 

 
Janji apa, yang telah kusampaikan saat memandang moe ?
Menatap mata'moe dalam rayban hitam 
Dalam simpuh'moe di tempat leluhur Turi-Wonokerto
Walau hanya dari foto-moe

Janji apa., ter'inginkan memiliki pendopo di Turi-Wonokerto?
Berbentuk limasan yang terkepung rimbunan salak
Apakah besok akoe harus sendiri
Itu mbesuk........
Apakah besok dengan moe
Itu mbesuk..........
Akoe tidak peduli, 

Walau saat ini, kita sama-sama sibuk
Memperhitungkan angka-angka dunia'wi
Berhitung dari hari kehari, dengan angka yang sama
dan tak pernah berakhir . . . 
Anak sekolah, belanja harian, transportasi, kredit rumah
Tapi kita selalu bicara mimpi Turi-Wonokerto
Kapan . . . . .

Janji apa, akoe harus menunggu'moe dalam penantian?
Bila'koe bosan, akan'koe larikan diri'moe

Ku lindas semua formalitas
Kubawa diri'moe dalam ketinggian Turi-Wonokerto
Dalam pendopo yang belum jadi
Biar diri'moe menjadi teman'koe, menatap bulan malam
Akan kuserahkan plumeria pada'moe
Yang telah kucabut'kan paksa dari rumah'koe
Tetap berwarna segar "sekar jagad ndonyo"
bukti getah asmara'koe yang masih menetes . . .

Janji apa, swargo ndonyo Turi-Wonokerto
Pada hari yang ke enam . . . 
Tahun suk . .  . . . .


Minggu pertama, September 12, Tahun Suk . . .


 

Tuesday, July 10, 2012




”Diri-moe dan warna merah” . . . .


Kubuka lembaran layar monitor
Ukuran 5x4 mm
Ragu-ragu akan ku masuk’kan pin moe
Yang kulihat hanya sinar mata-moe
Sekejap
Demikian teduh

Di izin’kan kah akoe ? . . . .

Se-andainya akoe angin
Tiada perlu akoe minta izin moe
Se-andainya akoe sinar bulan
Tak perlu akoe memberitahukan-moe
Akoe bisa berada pada moe
Diatas, dibawah, dimana-pun
Tanpa perlu diri’mu tau

Punya-kah koe-keberanian ?
Menanyakan izin moe
Tangan-koe telah terlanjur menekan
”send” . . . .oooh seperti melepas keberanian
Hati-koe terbakar. . .akankah ada izin’moe

Cakrawala bermain dalam makna harapan
harapan kelabu
Harapan berwarna merah
Biru atau ungu
Tidak penting bagiku  . . .
Yang kutunggu makna-moe pada koe

Berkedip red eye merah tergerai layar monitor
Kusambar layar 5x4 mm
Apakah . . adakah . . .sejuta tanya, sejuta harapan
Tergerai profil-moe dalam layar
Setengah diri-koe terburai mimpi

Tak’kan kulepas
Kubawa tidur
Kubawa mimpi
Salam-koe untuk sinar bulan
Salam-koe untuk angin
Senyum-koe untuk purnama

Jakarta, Juli 2012

"Ku-panggil sebutan-Moe ”Dik ” . . . .


Kupanggil dalam benak-koe, diri moe dengan sebutan “dik”
Tak pernah tersampaikan . . juga dalam kata-kata
Mau Kupaksakan dalam sebutan
 Sepertinya naif, ”tak pernah dan asing . . .
Walau bersama-moe telah dikarunia putra
Putra bulan, putra matahari, putra bayu . . .

Terkejut !!
dan setengah tersentak . . . .
ketika penjual cempedak
Memindahkan pikulannya dari bahu kiri, ke kanan
Memotong jalur sepeda, memotong mimpi
Menyentak’kan lamunan . . .
Rem sepeda Gazelle kuremas sekuatnya
menderit bunyi ban tergerus kasar . . . . .
”shoes rem yang telah mati – menghujam  velg Kron Prinz ”
Hampir saja, sepeda tua koe menerkam buritan bakul cempedak 
Darah sepertinya terpompa ke atas . . .
Mengalir cepat sepanjang aliran nadi, masya Allah . . .

Mencoba, menormalkan kembali
Kayuhan sepeda dan men sinkronkan dengan lamunan .
Sampai mana tadi . . .
Oh ya . . .dik,  mama . . .sebutan untuk moe . . .

Kadang-kadang singkat saja ” ma”
Tetapi menggambarkan semua warna
Hijau, lembayung , kuning ataupun merah . . . .
Semburat warna merah pratanda marah . . .
Buat-koe bisa saja merah – menjadi cantik
Atau membelenggu menjadi darah beku, yang perlu pencairan .  .
Se saat . . .untuk melihat moe cerah kembali
Dik untuk koe – bulan selalu hinggap diatas kepala-moe

Pedal Wipperman sepeda tua,  kukayuh kuat
Menembus belantara tanjakan Kemang Utara
Seperti mendaki tiga bukit di Argapura . . . .
Padahal Jalan yang sama, yang kulalui harian
selalu dalam genggaman gaz motor skutik
Tidak terasa, hanya bunyi mesin menggeram kencang
Pasti terlewati, tiap tanjakan . . . tanpa penat

Tetapi sekarang, setiap kayuhan, melunturkan peluh
Disergap lelah . . .
Tidak ada kayuhan yang sama
Kombinasi tenaga yang terkuras dan laju yang terbatas
Ketengkas berderit – tersambar rantai sepeda yang kukayuh
Aaah .....ada saja mobil yang menginjak rem mendadak
Ditengah tanjakan . . .uhhh !

Tidak pernah tau – semau-nya memotong jalur
Padahal aku sudah ambil ancar-ancar dari bawah
Menyimpan tenaga . . . .ntuk melalap tanjakan
Sekarang harus menekan rem tangan
Dan tenaga yang terpangkas ditengah jalan
Tapi, Ku tak khan pernah menyerah untuk moe . .
Apalagi ntuk-turun dtengah-tengah tanjakan
Tabu bagi-koe . .  . . .

Aku terburu-buru untuk mengingat-moe dik
Ingin segera sampai di rumah . . .
Pedal berderit . .tenaga koe meluncurkan peluh
Cuma dirimoe dik, yang akoe inginkan
Tuk Sampai di rumah . . . . . .

Duduk diteras, ter naungi plumeria orange
Teh dengan cangkir Jepang warna hijau dan bunga nan ranum
Disajikan untuk koe
Disedu teh celup melati, dari tangan moe. .
Dari bukit Guchi daerah Moga , diseberang selatan arah kampung-moe
Sambil memperhati tangan terindah -moe. . . . .

Duduk di bale-bale memandang moe
Yang kadang  tidak pernah berucap . . .sama-sama membisu
Tapi hati-koe selalu berdetak kencang menatap moe
Membayangkan hitam rambut-moe
Tergerai lembut . . . .
Selalu Tersurai harum bunga . . . .
Merumpun bersama melati
14 tahun telah  bersama-moe ....” dik”
Dan selalu membuat-koe gugup bila berhadapan dengan moe

Kata-kata tidak berbunyi menjadi angin
Tatapan meluruh cahya
 Bayangan melahirkan  pandora bulan
Biarkan kami bercengkrama dalam lamunan
Lamunan menjadi senggama angin
Dalam benak  kupanggil diri-moe ” Dik”
 Kekasih jiwa-koe . . . .

Jakarta, 9 Mei 2011

KUSADARI


Kusadari.......

tidak ada sudut yang tersisa untuk diri-koe
ataupun roda itu telah terpatahkan
Illalang itu telah pula terbakar

tidak lagi tegak
tidak lagi terayun menikmati buaian angin

tidak ada lagi
hanya hitam dan senyap

kusadari......
kekekalan sebuah kesenyapan
menari-nari diantara cahya bintang
biar menyaksikan
beterbangan bersama illalang yang terbakar
biar titik api itu tetap membara didalam jiwa

memberi bara kesunyian
saat kulihat bintang
saat kulihat matahari
saat kulihat bayang-bayang diri-moe
terbawa angin

tidak akan kuhapus

Melihat diri-moe dari sisi yang lain
dalam bayang-bayang gundah-koe
dalam bayang-bayang dahaga-koe
saat butir embun melangkahi ujung illalang
hanya sekedar jatuh di ujung pelipis-koe

hanya sekejap
sudah itu musnah
tidak untuk butirnya yang telah hinggap
merasuk menjadi bagian diri-koe
biar akoe melihat diri moe dari kesenyapan
biar kesenyapan menjadi saksi
biar itu yang tersisa

terbanglah dewi koe
tinggalkan akoe walau hanya sekedar kesenyap'an-moe
keusaian sepi

kusadari.........





Monday, March 29, 2010

Tertinggalkan

Daun willow , melambai perlahan di akhir musim gugur
kelopak daun yang hijau mulai berguguran dalam geramnya dingin
menghujam perlahan dalam kehijauan yang mulai tiada
warna hijau kehangatan walau pun hanya sedetik
dan pucat membeku

terantuk dalam jendela euraill yang melaju
menatap ladang anggur di sepanjang Rhone River yang mulai membeku
bernafaskan warna coklat, bergaris hijau berjuntai beku

diri moe dalam kerinduan dan kebekuan
membeku dari nadi dan tidak terlepaskan
mata yang demikian kurindu
hitam dalam kegelapan
hitam dalam kehangatan
hitam dalam butir-butir mutiara yang menetes dari setiap sudut

tidak akan pernah, melihat moe seperti itu
apakah dirimu demikian beku terhadap nyata yang faktual
walaupun koe tau dirimu lembut
willow yang berdesir
membuat setiap aroma kehidupan menjadi hangat
darah koe akan menggelegak ..
tidak ada yang bisa disembunyikan
menjadi liar tanpa malu
akan-kah ?
walau hanya sekejap

hanya terasa dalam keheningan semu . . .

yang kutahu diri moe demikian tegar
Tiang-tiang kayu oak coklat legam
bersandar juntaian Vitis viniferabeku nan lembut
yang semakin cepat berubah warna menjadi kelam
dari kejauhan jendela-jendela euraill yang melaju
meninggalkan ladang –ladang anggur viognier yang membeku

dari jauh kutatap kelopak lampu pijar
segaris menjadi satu dalam kegelapan’
pijaran garis senja yang membeku
melakukan senggama kegelapan
semakin menjauh
tertinggalkan kecepatan
menjauh . . . .


Terkait dalam lamunan
helaian rambut’moe yang masih terasa menjuntai
teksture yang demikian lembut dalam genggaman
telah terlewatkan oleh waktu
tapi tak pernah terhapus
kurasakan kehangatan yang tergerai dalam telapak tangan
itu yang tersisa dari moe
seperti baru kemarin
aroma Fougère parfume demikian lembut
tertinggal dan terlanjur mengoyak kerinduan

Apa yang ingin akoe cari dari moe ?
Karena diri moe dan sejumput ruang kebekuan
Yang tak mungkin tergantikan, kecuali oleh diri moe
Walau jauh
Walau tak terjangkau
Walau mengelak
Walau ber ayun
Walau rindu dalam bayang moe

Seperti gardu yang tertunduk di ujung rel
Mengigil dalam penantian

Ruang kebekuan
Ruang liar yang berharap terbuka
Untuk dapat berbagi hanya bersama-moe
memberi gejolak bersama
Walau hanya sekejap
Melanggar norma tiang kehidupan
Berharap berhamburan tertabrak kehangatan
Ingin berendam bersama moe
Memburaikan aturan kekakuan

Ruang hati yang ingin ku bakar bersama moe
Membias kehangatan kesemua tonggak pembatas
Biar sama-sama kita meronta
Dalam ruang konterpart terbatas
Hanya berdoa
Menjadi satu
Menjadi bara api
Akoe tidak peduli
Walau hanya sekejap bersama-moe
Kemudian menjadi beku

Hening . . .
Terkejut . . .
Terantuk – terbangun

Tiba –tiba kondektur meraih euraill pass dalam genggam’an
Setengah terkejut, mencekal sobekan yang tersisa
Sambil lalu, memutar heater lebih kencang
Kehangatan, menyergap ruang kebekuan

Memadang jauh dalam rindu kehangatan moe
Meneteskan sukma kerinduan
Jatuh terkulai dalam tangan koe
Ku genggam
Tak akan ku lepas. . . . . . .

Monday, August 10, 2009

Lentur saja - tidak cukup

Saat menatap sulaman garis hijau sawah yang membujur
Ubud setenang renda putih yang terayun permainan angin
Menderak lembut menerpa daun telinga

Diujung selatan pagar bambu membentang
Tertata rapih mengikuti kuntur lembah dan hijaunya sawah
Bambu kuning nan anggun
bertepian diantara batas bambu dan pigura hujaman beton tulang
Menjadi tombak penyangga diantara rumpun bambu
Rumpun yang telah dimatikan menjadi batas
Batas waktu . .
Batas warna . .
Batas kejahatan
Dan tetangga yang telah terbataskan

Kini Ubud memerlukan batas formal
Kapital tidak mengenal arti tetangga
Kapital meng-kangkangi tata krama
Menjadi jelas secara hukum
Milik'koe dan milik'moe . . .
Tidak ada lagi tetangga yang menyapa kehidupan
Gurihnya asap dapur telah berbeda
Terbedakan oleh klasifikasi bintang yang tergantung . . .
Five star . . .

Diperlukan kombinasi pembatas lentur dan tiang yang kuat
Bambu dan beton
Bisa bertetangga . .bisa memaksakan

10 Agustus 2009