
Sudah cukup lama meng"koleksi" keris, dan dikumpulkan dengan susah payah, dan pengorbanan waktu untuk mencarinya - yang saat ini tidak dimungkinkan lagi, karena kesibukan keluarga dan pekerjaan, yang tiada habis-habisnya.
Sekarang saatnya menikmati koleksi keris yang masih ada walaupun tidak banyak, tetapi secara spesifik tidak ada 1 (satu) kerispun yang sama buatannya, mulai dari dhapurnya (bentuknya), lambe-gajah, ganja, pesi, wilah, kualitas besi : semua sarat keahlian sang Mpu (pembuat keris) untuk mengasilkan karya utama. Perburuan menelusuri jejak kerajaan Majapahit di daerah Bondowoso, Jember, Banyuwangi ataupun Sumenep Madura dan Pulau Putren (sebelah utara P.Madura ) mempunyai kenikmatan sendiri, masuk kekampung-kampung, ditengah ladang ataupun gunung untuk mencari "tosan aji" ataupun harus menunggu hari pasaran tertentu, saat tosan aji keluar dari pemilik-nya, memperkirakan tangguhnya (asal pembuatannya), memilih dan menaksir ke-aslian, sebuah karya "merupakan tantangan tersendiri" dan kepuasannya yang tidak tertandingi.
Akhirnya dalam periode yang cukup lama era 1992-1995, diperoleh beberapa keris yang menurut hati saya cukup memberikan kepuasan - apalagi kalau memandang ulang benda-benda seni - ada dhapur phutut, naga kikik, dhamar-murub, jangkung, mahesa lajer, tilam-upih dan aneka pamor bendo segada, pancuran mas, beras wutah, wengkon, tangkis dll
Kalau dituruti harus meng-koleksi berapa keris (?) tentu tidak ada habis-habisnya . . .menikmati keheningan dan keindahan keris, jauh lebih berharga - dari pada mengumbar rasa ingin memiliki.