Monday, August 10, 2009

Lentur saja - tidak cukup

Saat menatap sulaman garis hijau sawah yang membujur
Ubud setenang renda putih yang terayun permainan angin
Menderak lembut menerpa daun telinga

Diujung selatan pagar bambu membentang
Tertata rapih mengikuti kuntur lembah dan hijaunya sawah
Bambu kuning nan anggun
bertepian diantara batas bambu dan pigura hujaman beton tulang
Menjadi tombak penyangga diantara rumpun bambu
Rumpun yang telah dimatikan menjadi batas
Batas waktu . .
Batas warna . .
Batas kejahatan
Dan tetangga yang telah terbataskan

Kini Ubud memerlukan batas formal
Kapital tidak mengenal arti tetangga
Kapital meng-kangkangi tata krama
Menjadi jelas secara hukum
Milik'koe dan milik'moe . . .
Tidak ada lagi tetangga yang menyapa kehidupan
Gurihnya asap dapur telah berbeda
Terbedakan oleh klasifikasi bintang yang tergantung . . .
Five star . . .

Diperlukan kombinasi pembatas lentur dan tiang yang kuat
Bambu dan beton
Bisa bertetangga . .bisa memaksakan

10 Agustus 2009

Tuesday, August 4, 2009

Keris Keindahan Seni


Sudah cukup lama meng"koleksi" keris, dan dikumpulkan dengan susah payah, dan pengorbanan waktu untuk mencarinya - yang saat ini tidak dimungkinkan lagi, karena kesibukan keluarga dan pekerjaan, yang tiada habis-habisnya.

Sekarang saatnya menikmati koleksi keris yang masih ada walaupun tidak banyak, tetapi secara spesifik tidak ada 1 (satu) kerispun yang sama buatannya, mulai dari dhapurnya (bentuknya), lambe-gajah, ganja, pesi, wilah, kualitas besi : semua sarat keahlian sang Mpu (pembuat keris) untuk mengasilkan karya utama. Perburuan menelusuri jejak kerajaan Majapahit di daerah Bondowoso, Jember, Banyuwangi ataupun Sumenep Madura dan Pulau Putren (sebelah utara P.Madura ) mempunyai kenikmatan sendiri, masuk kekampung-kampung, ditengah ladang ataupun gunung untuk mencari "tosan aji" ataupun harus menunggu hari pasaran tertentu, saat tosan aji keluar dari pemilik-nya, memperkirakan tangguhnya (asal pembuatannya), memilih dan menaksir ke-aslian, sebuah karya "merupakan tantangan tersendiri" dan kepuasannya yang tidak tertandingi.

Akhirnya dalam periode yang cukup lama era 1992-1995, diperoleh beberapa keris yang menurut hati saya cukup memberikan kepuasan - apalagi kalau memandang ulang benda-benda seni - ada dhapur phutut, naga kikik, dhamar-murub, jangkung, mahesa lajer, tilam-upih dan aneka pamor bendo segada, pancuran mas, beras wutah, wengkon, tangkis dll

Kalau dituruti harus meng-koleksi berapa keris (?) tentu tidak ada habis-habisnya . . .menikmati keheningan dan keindahan keris, jauh lebih berharga - dari pada mengumbar rasa ingin memiliki.