Monday, March 29, 2010

Tertinggalkan

Daun willow , melambai perlahan di akhir musim gugur
kelopak daun yang hijau mulai berguguran dalam geramnya dingin
menghujam perlahan dalam kehijauan yang mulai tiada
warna hijau kehangatan walau pun hanya sedetik
dan pucat membeku

terantuk dalam jendela euraill yang melaju
menatap ladang anggur di sepanjang Rhone River yang mulai membeku
bernafaskan warna coklat, bergaris hijau berjuntai beku

diri moe dalam kerinduan dan kebekuan
membeku dari nadi dan tidak terlepaskan
mata yang demikian kurindu
hitam dalam kegelapan
hitam dalam kehangatan
hitam dalam butir-butir mutiara yang menetes dari setiap sudut

tidak akan pernah, melihat moe seperti itu
apakah dirimu demikian beku terhadap nyata yang faktual
walaupun koe tau dirimu lembut
willow yang berdesir
membuat setiap aroma kehidupan menjadi hangat
darah koe akan menggelegak ..
tidak ada yang bisa disembunyikan
menjadi liar tanpa malu
akan-kah ?
walau hanya sekejap

hanya terasa dalam keheningan semu . . .

yang kutahu diri moe demikian tegar
Tiang-tiang kayu oak coklat legam
bersandar juntaian Vitis viniferabeku nan lembut
yang semakin cepat berubah warna menjadi kelam
dari kejauhan jendela-jendela euraill yang melaju
meninggalkan ladang –ladang anggur viognier yang membeku

dari jauh kutatap kelopak lampu pijar
segaris menjadi satu dalam kegelapan’
pijaran garis senja yang membeku
melakukan senggama kegelapan
semakin menjauh
tertinggalkan kecepatan
menjauh . . . .


Terkait dalam lamunan
helaian rambut’moe yang masih terasa menjuntai
teksture yang demikian lembut dalam genggaman
telah terlewatkan oleh waktu
tapi tak pernah terhapus
kurasakan kehangatan yang tergerai dalam telapak tangan
itu yang tersisa dari moe
seperti baru kemarin
aroma Fougère parfume demikian lembut
tertinggal dan terlanjur mengoyak kerinduan

Apa yang ingin akoe cari dari moe ?
Karena diri moe dan sejumput ruang kebekuan
Yang tak mungkin tergantikan, kecuali oleh diri moe
Walau jauh
Walau tak terjangkau
Walau mengelak
Walau ber ayun
Walau rindu dalam bayang moe

Seperti gardu yang tertunduk di ujung rel
Mengigil dalam penantian

Ruang kebekuan
Ruang liar yang berharap terbuka
Untuk dapat berbagi hanya bersama-moe
memberi gejolak bersama
Walau hanya sekejap
Melanggar norma tiang kehidupan
Berharap berhamburan tertabrak kehangatan
Ingin berendam bersama moe
Memburaikan aturan kekakuan

Ruang hati yang ingin ku bakar bersama moe
Membias kehangatan kesemua tonggak pembatas
Biar sama-sama kita meronta
Dalam ruang konterpart terbatas
Hanya berdoa
Menjadi satu
Menjadi bara api
Akoe tidak peduli
Walau hanya sekejap bersama-moe
Kemudian menjadi beku

Hening . . .
Terkejut . . .
Terantuk – terbangun

Tiba –tiba kondektur meraih euraill pass dalam genggam’an
Setengah terkejut, mencekal sobekan yang tersisa
Sambil lalu, memutar heater lebih kencang
Kehangatan, menyergap ruang kebekuan

Memadang jauh dalam rindu kehangatan moe
Meneteskan sukma kerinduan
Jatuh terkulai dalam tangan koe
Ku genggam
Tak akan ku lepas. . . . . . .